We are one human family under the Sun! while we as a single human is incredibly weak! but as family we are the strongest creature on Earth!
Friday, November 11, 2011
Welcome to the Magic Worlds
The Journey of Questions
Sunday, October 9, 2011
IndonesiaMUN 2011
"Never ever forget the taste of defeat"
Bara E. Brahmantika "il Grande Statista"
Friday, May 27, 2011
Ketika Hidup Meninggalkan Jejak
Life for me is like juggling balls. Itulah gambaran yang tepat dalam memaknai hidup menurutku, dimana dalam hidup kita, kita bermain, dengan bola-bola kehidupan; bola pekerjaan, bola keluarga, bola iman, bola teman, dan bola kesehatan adalah bola-bola yang paling kita anggap penting dalam hidup. Seiiring waktu , kita pun kehilangan keseimbangan, dan harus memilih salah satu bola untuk jatuh, disinilah orang sering kali tidak sadar, demi melempar tinggi-tinggi pekerjaan ataupun kuliah sering sekali orang-orang mengorbankan entah teman, entah keluarga, entah kesehatan, dan yang paling parah ketika ia mengorbankan keimanannya untuk menyelamatkan pekerjaannya.
Sebuah kisah menceritakan tentang seorang anak yang sangat emosional dan tidakmudah menahan emosinya, ia dengan mudahnya menyakiti orang lain disekitarnya untuk memenuhi ego pribadi nya sendiri. Suatu saat sang ayah memanggil si anak, dan berbincang-bincang dengan anak tersebut, dan mereka membuat kesepakatan. Sang ayah membuat perjanjian dengan anaknya, bahwasanya setiap anak itu melukai orang lain, ataupun marah terhadap orang lain, sang anak harus memaku satu paku dipagar taman belakang untuk setiap orang yang ia lukai atau yang ia marah padanya. Akhirnya setiap hari sang anak memasang beberapa paku dipagar, namun setiap harinya jumlah paku yang dipasang setiap harinya semakin berkurang. Pada suatu hari akhirnya anak itu berhasil untuk berhenti memasang paku-paku itu dipagar. Akhirnya sang Ayah kembali memanggil anak tersebut, dan mengatakan pada anak tersebut untuk mencabut tiap paku yang ada dipagar tersebut setiap kali sang anak melakukan kebaikan terhadap orang lain. Sang anak pun tiap hari mencabuti satu persatu paku yang telah ia tancapkan dipagar itu dahulu, hingga sampai sutu hari semua paku itu pun tercabut, akhirnya sang ayah pun mendatangi anak tersebut dan berkata, “Wahai anakku, lihatlah ke pagar tersebut, lihatlah pada tempat-tempat dimana engkau pernah menancapkan paku-paku tersebut. Apa yang kau lihat?” Anaknya menjawab, “aku melihat lubang lubang kecil, ayah.” Sang Ayah pun tersenyum, “Benar sekali anakku, begitu pulalah hidup dan hati manusia, kalau engkau telah melukai hati manusia, sebaik apapun engkau, berusaha memperbaikinya, akan tetap ada bekas pada hati-hati yang engkau lukai, akan tetap ada goresan, noda, maupun retakan, pada hati yang telah engkau lukai. Maka dari karena itu anakku, berhati hatilah dalam bertindak, jagalah perasaan orang di sekitarmu, dan berusahalah untuk tidak melukai hati orang lain, Karena itu akan meninggalkan bekas, karena bekas itu akan ada disana untuk selamanya.”
Cerita tentang Ayah dan Anak, dengan perumpamaannya tentang kehidupan sangatlah sesuai dengan kehidupan yang kita jalani saat ini. Rasa egois kita sering kali akhirnya mengorbankan teman, mengorbankan keluarga, mengorbankan iman. Ketika rasa ego kita akhirnya mengorbankan bola – bola kehidupan yang terbuat dari kaca tersebut, maka yang kita akan temukan adalah retaknya, tergoresnya, ternodanya, atau bahkan hancur berkeping-kepingnya bola – bola tersebut, yang mana kita tak kan pernah bisa satukan kembali menjadi seperti semula. Ingatlah wahai kawan, setiap tindakan itu akan selalu berbekas, setiap tindakan itu akan meninggalkan noda, dan setiap tindakan akan di minta pertanggung jawabannya di akhirat kelak. Jadi mari memilih, meninggalkan bekas luka, atau meninggalkan ukiran-ukiran indah di dalam kehidupan kita? Meninggalkan noda noda hitam di atas hati? Atau meninggalkan warna-warna yang mencerahkan hati? Akankah kita mengorbankan iman, demi keegoisan seorang insan? Semoga kita bisa memilih dengan bijak akan jalan yang kita pilih, semoga kita bisa memilih dengan hati, dan selalu berhati-hati untuk menjaga perasaan orang lain.
Bara E. Brahmantika "Il Grande Statista"
Sunday, April 17, 2011
Sebuah Berlian dan Aku
Berulang kali sebenarya Mama telah meminta, meminta ku dalam keadaan serius maupun bercanda, Untuk membawa sebuah berlian untuk ditunjukkan padanya dan papa.
Namun tak kunjung pula ku bisa penuhi permintaan itu, aku hanya bisa tersenyum, miris, dan berjanji untuk membawakannya segera, kata “insyaallah” tak lupa ku ucapkan, kadang lirih, tak terdengar, kadang jelas, bersama sebuah senyuman.
Mudah sebenarnya mencari sebuah berlian, tinggal ku susuri pasar-pasar dan pinggiran-pinggiran jalan, mengambil berlian-berlianan, berlian buat-buatan, yang mirip sekali bentuknya, sama bahkan kadang lebih berkilau dari berlian yang sebenarnya. Namun ini kah yang aku persembahkan? ini kah yang aku akan banggakan? ah, sepertinya tidak, walau compang-camping seperti ini, aku masih punya harga diri. walau belopotan lumpur dan oli seperti ini, wajah ini haruslah tetap terhormat dan tegap memandang ke depan, karena sejarah tak akan menghapus apa yang ia telah tuliskan.
Jadi bersabarlah sebentar oh Ibunda, bertahanlah sebentar ayahanda, sabar lah sebentar lagi, berikanlah waktu bagi anakmu ini untuk memperbaiki diri, membersihkan diri dari lumpur-lumpur dan oli. Merapikan diri dari kecompang-campingan ini. Agar pantas kiranya apabila ku masuki rumah Sang Pembuat berlian itu tuk meminta dari-Nya salah satu berlian pujaan itu. Karena sungguh berlian murni itu hanyalah untuk orang yang murni pula hatinya, berlian Indah itu hanya untuk orang yang telah memperindah akhlaknya.
Sampai saat itu terjadi ku mohon pada papa mama tuk tetap menanti, menanti sampai suatu saat dimana anakmu telah siap untuk melengkapi dirinya, dengan perhiasan berlian untuk ditunjukkan padamu nanti. sampai saat itu tiba mohon tetaplah berdoa untuk anakmu ini, semoga cepat ku pantaskan diri ini, tuk menjemput sebuah berlian pujaan hati.
Wednesday, April 6, 2011
Love and Hope
Kemaren malam, 05 April 2011 adalah malam terakhirku di Bali, sebelum kembali ke Jogja untuk kembali bergulat dengan ujian-ujian tengah semester
Aku dan ortu memutuskan untuk keluar dan menghabiskan waktu di luar rumah malam itu, kami mampir dulu ke Gramedia di Mall Matahari untuk memcari beberapa buku
Setelah mencapai parkiran di lantai teratas, kami menuruni tangga, dan berjalan melalui tempat peralatan dan pakaian anak dan bayi, tiba-tiba nyokap berenti, liat-liat baju bayi dan keluar sebuah percakapan yang aneh
Mama: Mas cepetan punya momongan gih, mumpung Mama masih sehat
Papa: Iya, mas, kapan punya momongan?
Aku: ?!#%!?#%!?
Percakapan berakhir karena aku sambil nyengir, langsung ngacir buru-buru turun ke Gramedia.
Walaupun itu terkesan sebagai candaan, samar-samar bisa aku rasakan bahwasanya ada sedikit harapan dan keseriusan pada setiap pertanyaan-pertanyaan tersebut, belum lagi belakangan ini juga mama dan papa jadi sering tanya-tanya tentang masalah pacar yang selalu harus ku jawab, "Hehhehe,,, belum ada yg nyantol, belum ada yang mau nih"
Tadi sore pun, sepulang olah raga di GSP UGM, saya pulang melewati Pandega Bakti, sekalian mengabil beberapa catatan untuk difotokopi, saat itu Adzan Maghrib sedang berkumandang, dari jauh saya bisa melihat ada seorang Kakek yang telah sangat sepuh berjalan berlawanan arah dari arah menuju masjid, dengan baju rpi, dan peci, dia tertatih tatih berjalan ke arah saya, ternyata dia kembali ke rumahnya (mungkin) lupa kalau dia punya istri (yang akan berangkat ke masjid juga) , berdiri, di depan pagar dengan sabar menunggu sang istri, sang nenek yang telah memakai mukenah yang juga tertatih tatih kesulitan untuk menggunakan sandalnya secara benar, dengan sabar sang kakek menunggu, menunggu (mungkin) cinta sehidup sematinya, yang tak pernah tergantikan, bak sepasang burung Dara yang setia saling menjaga, bak Angsa yang tak pernah menikah untuk kedua kalinya, benar benar sehidup dan semati.
Saya tertegun, merenung sejenak, di balik keringat bercucuran dan kaki yang pegal setelah olahraga sore itu, terbanyang sosok Mama dan Papa, kira-kira mungkin seperti itulah kesetiaaan mereka berdua, yang tak pernah berkurang rasa cinta dintaranya, 20 tahun Mama dan Papa bersama, tak kulihat kecuali kecintaan yang semakin bertambah, di saat susah, di saat senang, kadarnya selalu sama, bahkan terus membesar, sama seperti sang Kakek dan Nenek, cinta merka tak lekang, dan tak usang oleh waktu
Semenjak Papa di vonis gagal ginjal, 2 tahun yang lalu, hidup ini rasa nya seperti dikejar oleh waktu, aku, dan adik, merasa harus menyelesaikan semuanya secepat mungkin, dan hidup mandiri secepat mungkin, tak ada yang tau berapa lama Papa akan bertahan, tapi doa adalah satu-satunya obat yang paling mujarab yang ku punya tuk ku berikan, mimpi-mimpi dulu ketika bersama kita bicara tentang masa depan, di mana papa kan datang di acara wisuda ku, di acara pernikahanku, dimana anak-anakku akan mengenal dan bermain Kakeknya yang berjasa mendidikku, dulu semua itu terasa sangat mungkin, sangat pasti akan terjadi, namun ya Allah engkau yang memiliki dan menuliskan takdir, yang aku bisa hanyalah berdoa, semoga Kau panjangkan umur kedua orang tuaku, semoga ku berikan kesehatan kepada meraka berdua, semoga mereka berdua memiliki kesempatan untuk mengenal Istriku, menantu mereka nanti, dan memiliki kesempatan untuk mewariskan pelajaran-pelajaran yang kudapatkan dari mereka pada cucu-cucu mereka nanti, Ya Allah berikanlah yang terbaik bagi kami semua, dan semua keturunan kami. Aminn
Monday, April 4, 2011
Untukmu Wahai Teman Seperjuangan
Assalamualaikum wr, wb
To All of my friends
To All of my best friends
To All of Little Candle in My life
And to All best youth! The next generation leader who can make the better world to live in peace and love
Sekarang aku akan berbagi dengan teman-temanku yang sedang merasa sedih, merasa kalau jalan hidupnya begitu sempit, buat teman-teman yang merasa kalau lilin yang digenggamnya mulai redup, habis, dan buat teman-teman yang melihat tembok nan tinggi menghadang di hadapannya!
Buat teman-teman yang merasa harapan sudah tidak berguna, merasa bahwa dirinya tak mampu lagi untuk berjalan maju kedepan! yang terjebak di bawah reruntuhan keputus asaan atas cinta, yang sedang bergulat dengan semua tugas berat yang diembannya, yang sedang berpikir keras menyelesaikan permasalahan bangsa, .
Kadang itu semua membuat kita sakit, kadang itu semua membuat kita mati rasa, tak lagi dapat merasakan, tak dapat merasakan apa yang kita sentuh, tak dapat memperhatikan apa yang kita lihat, dan tak dapat mencerna apa yang aku dengar, tapi teman kita harus yakin bahwa Allah adalah sebaik-baiknya prencana, Allah itu adil, Allah itu bijaksana, bagi yang merasakan bahwa hidup ini semakin sulit untuk ditempuh, Berdoalah maka kau akan mendapatkan sesuatu yang berbeda, kau akan dapatkan hidup yang lebih baik, kau akan dapatkan ketenangan, saat semua kau gantungkan pada yang Maha Kuasa, saat semua kau percayakan pada Yang maha Kuat Lagi maha mendengar Doa, maka yakinlah semua akan menjadi makin mudah, karena itulah yang terjadi dalam hidupku, saat hidupku terasa berat untuk dijalani, maka doa memberiku kekutaan untuk kembali berdiri,
Dan buat teman-teman yang sekarang lagi berduka, yang sekarang sedang menundukkan muka, yang sekarang sedang merenungi hidup yang memang tak sempurna, dan yang sedang bergulat dengan keputus asaan! Ku katakan padamu, berdirilah! Angkatlah wajahmu, dan jangan lagi menghadap kebelakang, jangan pernah takut untuk menghadapi masa depan, kadang hidup ini memang sulit, tapi seperti seorang yang belajar untuk menaiki sepeda, kadang kau akan jatuh, tapi itu bukan berarti kau berhenti belajar dan menyerah, yang harus kau lakukan adalah berdiri dan kayuh kembali sepedamu, tak peduli berapa kalipun kau jatuh, selama kau masih punya kemauan untuk mencoba dan berdiri maka kau belum benar-benar kalah! Kadang memang sepeda yang kau kayuh akan bergoyang, tapi jangan berhenti, karena itulah hidup, kau harus terus mengkayuhnya kedepan untuk membuatnya seimbang!
Jalan untuk sukses itu memang berat, tapi itu bukan berarti kita harus kembali kebelakang, tetaplah berlari di jalur kesuksesanmu, dan apabila kau dapati tembok menghalangi di depanmu, jgn pernah berhenti, panjat dan lompati tembok itu, karena di depan sana banyak org yang menanti, banyak orang yang menunggumu, di garis finish kesuksesanmu, mereka menunggumu dengan harapan, senyuman, dan tangan yang terbuka untuk menopangmu, saat kau sampai pada garis itu, ingatlah bahwa Allah bersamamu, keluargamu, teman-temanmu akan selalu mendampingimu, mereka yang selalu mendukungmu dari luar arena.
Kau tak berlari sendiri, kau berlari bersama mereka! Majulah seperti kesatria, karena seorang kesatria tak akan pernah mundur dari medan perang apabila ia telah menghunuskan pedang dan memakai baju zirahnya, seorang kesatria kan terus bertarung dimedan pertempuran sampai Allah memberikan ia kemenangan atau ia mati dengan terhormat disana!
Jangan pernah mundur, tak peduli seberapa berat hidupmu, tak peduli seberapa bodoh kau terlihat berjuang dengan beban-beban hidupmu, kau harus tetap berjuang untuk orang yang kau cintai, karena sekarang kau berjuang bukan hanya untuk dirimu, kau berjuang untuk impianmu, kau berjuang untuk temand temandmu, dan untuk keluargamu, dan untuk bangsa dan agamamu, saat ini di pundakmu ada beban dari puluhan, bahkan ratusan dan ribuan harapan dari orang-orang disekitarmu, dan itu membuat kita tak bisa menyerah begitu saja, karena di sana pasti banyak orang yang menunggu hari dimana kita maraih kesuksessan, dan aku yakin kau pun ingin melihat kembali senyuman semua org!
Sekarang memang saat yang sulit bagi kita semua, tapi berpikir tentang masa depan membuatku terhibur, dan tentang masa sulit ini, disana masih ada harapan, karena melihat kesempataanku, aku belum benar-benar dalam posisi skakmat! Mungkin hari didepan akan jadi makin sulit, tapi keluargaku terkenal dengan ketahanan dan kegigihannya, kalau aku menyerah sekarang, ini akan jadi sebuah aib bagi keluarga.
Tiap kali aku berpikir bahwa aku bisa membuat dunia menjadi lebih baik, membuat api ambisi dalam diriku menggelora dan bercahaya lebih dari sebelumnya, walau aku tak kan tau sampai kapan api ini akan bersinar, aku cuma berharap ini akan bersinar selamanya. Situasi yang sulit dalam hidup ini bukan berarti kita harus melarikan diri dan bersembunyi, Kita adalah pemuda-pemudi yang bisa membuat mimpi jadi nyata, dan kita tak bisa hanya membuang mimpi itu, tidak melakukan sesuatu dan hanya diam adalah pilihan paling pengecut yang pernah ada.
"Allah memberikanmu kenikmatan, dan keberuntungan maka bersyukurlah dan pujilah Ia, tapi apabila Allah memberimu sebuah kesulitan dan rintangan untuk mengujimu, bersabarlah dan teruslah bersoa pada nya, dan mintalah kekuatan dan kebijaksanaan untuk melewati ujian itu, bersabarlah, karena Allah selalu punya rencana yang baik buatmu, seperti Hujan, apabila kau bersabar sampai hujan ini reda, maka kau akan melihat mentari kembali bersinar menyinari harimu, dan Allah akan memberimu pelangi yang indah untuk dinikmati!"
Kita adalah lilin lilin kecil kehidupan ini, kita adalah calon pemimpin dunia ini! Dan lihatlah dunia ini, masih banyak yang harus kita lakukan, perang, kematian orang-orang tak bersalah, korupsi, krisis pangan dan moral tak satupun dari itu yang kita harapankan untuk masa depan dunia yang damai! Menurutmu hidup macam apa yang menanti kita di depan sana? Aku tahu jalan untuk menciptakan dunia yang damai ini masih amat sangat panjang, mimpi untuk menjadikan dunia ini lebih baik untuk kita tingggali bersama keluarga kita dan generasi anak-anak kita nanti, mimpiku untuk melindungi sebanyak mungkin yang aku bisa walau hanya sedikit, aku ingin melindungi generasi-genersi setelah kita, dan berharap generasi setelah kita akan kembali melindungi generasi setelahnya, manusia memang lemah, tapi kita paling tidak harus bisa melakukan itu.
Orang mungkin akan bilang kita adalah seorang idealist dan perfectionist, tapi seseorang yang tak berani bermimpi adalah orang yang tak akan merubah apapun, karena mimpi adalah awal dari sebuah perubahan, dan apabila orang sudah berhenti bermimpi dan berhenti membicarakan mimpi mereka, maka mereka sudah berhenti menjadi manusia! Mimpi adalah sesuatu yang membuatkan aku merasa disini masih ada sedikit harapan untuk membuat dunia yang lebih baik! Karena Perubahan ada ditangan kita! Para pemimpin masa depan!
“Aku tidak memintamu untuk cuma percaya pada kemampuanku untuk membawa perubahan yang nyata, tapi aku memintamu untuk percaya pada kemampuanmu untuk mengubah dunia" –Barrack Obama-
God Bless you All
Revisi dari tulisanku untuk teman-teman AFS/YES 51
White Love
yang pernah hampiriku....
banyak kata yang ingin ku ucapkan
dengar hatiku dengar pula jiwaku
semua yang indah ada di dirimu
tak kan bisa ku buang
kau beri ku rasa
rasa yang ku sebut cinta....
katakan padaku kau mencintaiku
akan menemaniku sepanjang hidupmu
yankinkan aku bahwa
kau akan beri cinta suci untukku
dengan ini ku akan mencoba
beri cinta putihku
untukmu yang tulus dari hatiku
karna bagiku kau adalah segalanya
tak kan pernah ku lepas
tak kan mungkin ku tinggalkan
percayalah karna hany dirimu
satu yang ku rindu
tak pernah terbagi yang lain.............
toek someone yg mengerti atau mencoba tuk mengerti hatiku saat ini!!
By: Dakkap
The Moment that Change My Life
Last night, I just wrote something, in which titled "The Four Seasons if Love" in my Tumblr blog, as I posted my piece of work, many maybe wonder, where the heck I came up with the conclusion or perhaps they start to wonder where did my inspiration come from?
It begins in 2005, I was a junior, a second grader in the Middle School, that was when, love taught me a lesson, in which I have to learn it the hard way. It was my first time to have a complicated relationships with girls. I met this girl, we were just friend at first, I tried to get her know my friend, and she tried to get me to know her friend, in simple words, we were match maker. But as I get in touch with her so often, instead having a feeling for her friends, maybe his is what in Javanese principle we know as "witing tresno jalaran soko kulino". I started to have a feeling for her, that is when the wind of Spring, the spring of love came into my life, text after text, conversation after conversation, email by email, and after a long call in almost every night, then i said to my self, "this is it, this is the love of my life", since then I always wait for her text, and her call. Every morning I always looking to a mirror to make sure that I look sharp, I try my best to impress her in anyway I possibly could. Then here comes the next season.
Ied Fitr in 2005, This was where the summer begin, I was back at my grandma house, in Banyuwangi, my feeling for her was getting stronger and stronger, to the point I couldn't hide it anymore, I consulted to my friend about my feeling, and my craziness about her, and I asked my friend to find out whether she has the same feeling about me or not, then my friend promised to help me to find a way to tell her my feeling. Once time, I accidentally send a text message to her, I supposed to send it to my friend, but instead I sent it to her. It confused her a lot, in fact it anger her a bit, so I pulled my self together, and told her that I think I'm fall in love with her, she didn't reply my text till the next day, and that one day is one of longest day in life. The Wind of Summer of Love came, she replied my text and she said that she felt the same way (or she just wanted to give me chance since she felt sorry for me - I don't know), her text sent me away to the sky on that day, that was one of the happiest day of my life, it felt like you hit a jackpot on the slot machine. since then my life is full of the blossom flower, love is everywhere, I texted her every hours, I always want to know how is she doing, what is she doing, or just want to say "have a good nap/night my sweetie bunny" or simply say . "I love you" (Love has pretty shallow definition for me back then back then no night without an hour call, when I can't call I text her or email her every moment I could. The world was a beautiful place for me, everywhere was beautiful, and everybody was kind, I lost in the madness of love, everywhere I saw her face, I heard her voice, I was insane to the moment I forgot everything, except her. it was a great life until that day came, the day, every secrets reveal itself, the day that strong wind, that strong storm, shaking the tree of love, blowing all the leaves, leaving a dry, dying tree, alone, in the Autumn of Love
That day was just a few months later, 5 or 6 months after the start of that bombastic relationships, Ied Al-Adha - The day of sacrifice, where every moslem, sacrifice a goat, camel, or a cow as an obligation, not to serve God, but to serve the other, this day is the turning point of my love story, the anti climax of my life, I got a phone call from my friends, which was a really long phone call, it was more like a consultation session with a CIA agent, they told me fact by fact about my relationship with her, how much a change since then, how much it affect my personality, how I forget about my academic life, how I forget about my friends, and just how many people hurt by me and all the ugly truth about the relationships, which if I go to the detail, it will take me an hour to explain that. In short this relationships between the downtown man (me) and the uptown girl (her) need to answer several question, "Is this relationship real?", "Do I really love her?" "Does she really love me?" "Is this merely a game for both of us?" "Is this love? or just an obsession of mine?" "Do I have to hurt somebody else to love somebody?" , It was not easy for me to answer all of those question, neither I can answer all of them, since some question only she can answer. So just a few days after, we decided to end the relationship, to give us sometime, to follow our own path of to answer , it was painful for me, I was sick or perhaps ill so bad for few days, there still some part of me that missing, and the pain, the pain that I felt was so great, it was painful, yet it was beautiful, the pleasure pain of love. The Autumn of Love, the fallen of the dreams, that brings me into the desperado, to the abyss of my life, to the loneliness, to the deep dark road of the adventure, to find the answer of my life.
Since then, it was an uphill for me, the first few months was a really cold, and lonely life to enjoy, the solitude, the silent, and the nothingness, made me feel that I'm the only one that real in this world, Cuz I'm the only one that can feel the pain, It was when I feel "I feel pain, therefore I am" , everybody seems don't understand, I have to fake a smile just to make them not worry about me anymore, it was not easy to erase some memories, in fact I am still holding into some of that memories, but as the time goes on, as the time heal every wound, I was starting to enjoy this solitude, in fact I'm still enjoying it now, time by time I'm realized that in solitude you can know yourself better, you can hear the voice of yourself without have to worry about other thing else, to listen on what the nature, the God tries to say to me, it is easier to find the answer without all other noises that disturbing you, in solitude you find yourself, and it is a big chance in solitude you find the God, this Winter of love has taught me a lot of things that changed the orbit of my life, to laugh at every bad thing in the past, to let the burden slide on my shoulder, in the winter of solitude, in the winter of Love.
Ps: I hope every of you who are in this story to forgive every mistake that I made in the past, and I hope you find your own way of live, and your own meaning of love. I wish you have a great live
Bara E. Brahmantika